A. Definisi Memori
Para ahli memberikan pengetian bermacam-macam tentang memori. Pada umumnya memandang memori sebagai hubungan dengan pengalaman masa lampau. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat, manusia mampu menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya. Dalam kamus lengkap psikologi (Chaplin dalan Khadijah, 2009), memori diartikan sebagai : (1) fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu (2) keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali, dan (3) satu pengalaman masa lalu yang khas.
Dengan kenyataan di atas, terdapatlah banyak definisi memori, berikut ini dikemukakan beberapa definisi memori menurut para ahli :
1. Menurut Kartono (1990) dalam Khadijah, N (2009), menyatakan bahwa memori adalah kemampuan untuk mencamkan,menyimpan dan memproduksi kembali hal-hal yang pernah diketahui. Sedangkan sifat-sifat dari ingatan yang baik adalah setia,cepat, bias menyimpan lama, luas dan siap.
2. Menurut Walgito (1997) dalam Khadijah, N (2009), menyatakan bahwa memori adalah kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau.
3. Menurut Morgan dkk (1986) dalam Khadijah, N (2009), mendefinisikan memori sebagai proses encoding (pengkodeaan), storage(penyimpanan), dan retrieval(pemanggilan kembali) apa yang pernah dipelajari sebelumnya.
4. Menurut Bruno (1987) dalam Khadijah, N (2009), menyatakan bahwa memori adalah proses mental yang meliputi pengkodeaan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat dalam otak.
Dalam bukunya psikologi pendidikan Sumadi Suryabrata (2004) menjelaskan bahwa pribadi manusia beserta aktivitas-aktivitasa tidak semata-mata ditentukan oleh pengaruh dan proses-proses yang berlangsung waktu kini, tetapi juga oleh pengaruh-pengaruh dan proses-proses di masa lampau yang ikut menentukan. Pribadi berkembang di dalam suatu sejarah dimana hal yang lampau dalam cara tertentu selalu ada dan dapat diaktifkan kembali.
B. Proses dan tipe-tipe Memori
Para peneliti mempelajari bagaiman informasi pada mulanya ditempatkan atau disandikan kedalam memori, bagaimana informasi dipertahankan atau disimpan setelah disandikan, dan bagaimana informasi ditemukan kembali untuk tujuan tertentu proses dasar yang dibutuhkan oleh memori. Kegagalan bias saja terjadi dalam salah satu proses ini, Beberapa bagian dari suatu kejadian mungkin tidak tersandikan, representasi mental dari kejadian mungkin tidak tersimpan, atau bahkan sekalipun memori itu ada, anda mungkin tak mampu mengingatnya.
Penyelidikan atas proses penyimpanan membuat para psikolog mengklasifikasikan memori berdasarkan permanensi meraka (Wrinkle & Cowan dalam Santrock, 2005). Memori Jangka pendek adalah sistem memori dengan kapasitas terbatas dimana informasi lazimnya disimpan selama 15 s.d 10 detik, kecuali seseorang menggunakan strategi untuk mempertahankannya. Memori Jangka panjang adalah tipe memori yang relatif permanen dan tidak terbatas. Orang lazimnya mengacu pada memori jangka panjang ketika mereka berbicara tentang “memori”. Ketika anda mengingat tipe permainan yang anda sukai, kala anda masih kanak-kanak, atau kencan pertama anda. Anda sedang menggunakan memori jangka panjang anda. Sebaliknya ketika anda mengingat kalimat yang baru saja anda baca beberapa detik yang lalu, anda sedang menggunakan memori jangka pendek.
Ketika para psikolog menganalisis memori jangka pendek, mereka mendeskripsikannya sebagai sebuah gedung penyimpan pasif dangan rak-rak penyimpanan informasi, sampai informasi tersebut dipindahkan ke memori jangka panjang. Akan tetapi kita melakukan banyak hal dengan informasi yang tersimpan dalam memori jangka peendek. Contohnya, kata-kata dalam kalimat yang baru saja anda baca menjadi bagian dari memori jangka pendek anda, dan anda memanipulasikannya menjadi bentuk yang bermakna utuh.
Para pakar teori pemrosesan informasi membagi LTM (long term memori) ke dalam 3 bagian , yaitu episodic memory, semantic memory dan procedural memory (Slavin dalam Khadijah,N 2009)
1. Episodic Memory (memori episodic)
Episodic memory adalah memori tentang pengalaman personal, sebuah gambaran mental tentang hal-hal yang kita lihat atau kita dengar. Bila kita mengingat apa yang kita makan semalam atau apa yang terjadi pada masa kita di SMA, maka kita sesungguhnya tengah merecall Informasi yang tersimpan dalam episodic memory jangka panjang.
2. Semantik Memory ( memori semantic)
Semantik memory berisi fakta-fakta dan informasi umum tentang apa yang kita ketahui, baik itu konsep, prinsip atau aturan-aturan dan bagimana cara menggunakannya; serta keterampilan problem solving dan strategi belajar yang kita gunakan. Sebagian besar hal-hal yang kita pelajari di sekolah di simpan dalam semantic memori.
3. Prosedural Memori (memori procedural)
Prosedural memori menunjukkan pada “ knowing how”. Kemampuan mengendarai kendaraan bermotor atau bersepeda adalah contoh keterampilan yang disimpan dalam procedural memory.
Sulit diketahui secara pasti bagaimana dan sejauhmana hubungan antara memori episodic, memori semantic dan memori procedural. Akan tetapi menurut sebagian ahli, memori episodic berkemungkinan dapat membuka jalan penyimpanan informasi yang bersifat semantic.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi memori
Kuat atau lemahnya memori seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kondisi fisik. Diantara kondisi fisik yang sangat berpengaruh dalam mengingat adalah kelelahan, kurang tidur dan sakit. Seseorang yang dalam kondisi lelah, kurang tidur dan sakit akan mengalami kesulitan untuk mengingat sesuatu. Hal ini disebabkan ketika dalam kondisi tersebut biasanya individu mengalami kemunduran kemampuan mental yang disebabkan gangguan fisik tadi.
Faktor lain yang mempengaruhi memori adalah usia. Ingatan yang paling kuat terjadi pada masa anak-anak, yaitu pada usia 10-14 tahun. Sedang orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kesulitan jika diminta untuk mengingat apa yang sudah dipelajari atupun dialaminya, karena gejala yang paling umum ditemui pada masa ini adalah pikun.
D. Hubungan Memori dan Belajar
Para ahli sepakat bahwa terdapat hubungan yang erat antara memori dan belajar (Syah dalam Khadijah, N (2009)). Seperti telah dikemukakan bahwa memori sesungguhnya adalah fungsi mental yang bekerja menangkap informasi dari stimulus, menyimpannya, dan mengungkapkannya kembali bila diperlukan. Sedang proses belajar yang kita ketahui adalah sebuah proses yang melibatkan pengolahan dan penyimpanan informasi, dan hasil belajar bias diketahui melalui proses pengungkapankembali apa yang telah diketahui oleh siswa. Dengan demikian, dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan kemampuan memori oleh siswa guna menyerap informasi yang diterima, menyimpannya, dan memunculkannya kembali saat menjawab soal ulangan atau ujian.
Hubungan antara memori dan belajar dapat dijelaskan dengan contoh berikut. Ketika siswa mempelajari tentang kandungan surat Al-An Am ayat 162-163 tentang keikhlasan dalam hidup, mula-mula informasi tersebut masuk ke dalam system memori terdepan siswa, yaitu sensori register. Bila siswa menaruh perhatian pada apa yang ia pelajari, maka informasi tersebut akan diteruskan ke short term memori. Selanjutnya jika informasi tersebut diulang-ulang di rumah maka informasi akan masuk ke long term memori. Suatu saat kemudian, ketika ulangan atau ujian, atau anda menanyakannya pada siswa, maka informasi tersebut akan dimunculkan kembali. Proses menyimpan informasi dalam memori yang biasa disebut dengan menghafal ini merupakan salah satu proses yang ditempuh oleh siswa ketika belajar. Dengan demikian memori merupakan salah satu fungsi yang digunakan ketika seseorang belajar (Khadijah, N (2009).
Menurut Slameto (2010) dalam bukunya belajar & faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang berarti lebih mudah terjadi dan lebih lama diingat dibandingkan dengan belajar yang tampaknya tidak ada artinya. Menghafal deretan huruf-huruf yang tidak ada hubungan arti adalah sangat sulit dan lama. Untuk memudahkannya guru perlu membubuhkan suatu arti sehingga mudah di hafal. Belajar menghubungkan atau merangkaikan dua objek atau peristiwa menjadi lebih mudah apabila kedua objek atau peristiwa itu terjadi atau dijumpai dalam urutan yang berdekatan, baik ditinjau dari segi waktu maupun ruang.Dalam pelajaran, pengertian keadilan diajarkan berurutan dengan pengertian ketidakadilan; bentuk rumah khas Minangkabau ditunjukkan bersamaan dengan bentuk rumah joglo Jawa. Siswa yang sudah berhasil mengingat objek yang satu akan mudah ingat objek lainnya. Belajar dipengaruhi oleh frekuensi perjumpaan dengan rangsangan dan tanggapan yang sama atau serupa yang dibuat. Dalam pelajaran, siswa menjadi makin baik pengusaannya jika kepada mereka diberikan lebih banyak kesempatan untuk mengulang dan berlatih. Mengulang-ulang sangat cocok untuk belajar keterampilan psikomotor, seperti bermain piano, mengetik, melukis huruf. Belajar tergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Ini berarti bahwa pelajaran yang memberi kesan menyenangkan, menarik, mengurangi ketegangan, bermanfaat, atau memperkaya pengetahuan lebih efisien dan tersimpan atau memberi kesan yang lebih lama. Belajar sebagai suatu keutuhan yang dapat diukur tidak hanya tergantung pada proses bagaimana belajar itu terjadi, tetapi juga pada cara penilaiannya atau penggunaannya. Ini berarti bahwa apapun yang dianggap telah dipelajari oleh seseorang, ia hanya akan dapat menunjukkan penguasaannya atas sebagian dari yang telah dipelajari, dan ini tergantung pada macam pertanyaan atau situasi yang diciptakan untuk menunjukkan penguasaan tersebut.
E. Implikasi memori dalam pembelajaran
Penelitian-penelitian di bidang memori memberikan implikasi terhadap pembelajaran sebagai berikut:
1. Guru harus memandang tugas mereka adalah untuk membantu siswa membentuk record permanen terhadap informasi yang disajikan di kelas
2. Dalam memberikan tes, guru harus memberikan cue dalam pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memaksimalisasi kesempatan bagi siswa untuk mengingat informasi.
3. Guru harus menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan pemrosesan intern terhadap pelajaran
4. Karena semua informasi rentan untuk dilupakan serta memiliki efek jarak dan interferensi, guru harus mengurangi efek lupa dengan cara meningkatkan latihan yang terdistribusi dan mengingtkan secara berkala tentang informasi.
isinya bagus...tp klo bisa disertakan daftar pustakanya dong,biar pembacanya tahu dari mana sumbernya.terimakasih.Oh,iya..aku izin copy yah...tp sumbernya tetap aku tulis kok.
BalasHapusbagus, cuman sayang ga ada daftar pustaka.
BalasHapus