1. Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu
tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen
atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan
yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku
yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripa
kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
2. Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori:
a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap
sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain
afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini
siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima,
menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap
dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem
nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
3. Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam
bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan
yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu
menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-
respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai
yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
catatan tentang fakta, ilmu pengetahuan, Pkn dan teknologi pendidikan, serta hal-hal unik dan menarik di dunia ini
Jumat, 30 September 2011
PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN
Pada dasarnya ada dua permasalahan pokok pendidikan yang kita hadapai saat ini, yaitu:
1.Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2.Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja untuk dapat
terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
A. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapt menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
B. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.
C. Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
1. Bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
2. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
3. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
4. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga Pengajar
D. Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut.
1. Status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
2. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap
kembang.
3. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya
SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
Ada dua. faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
A. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
B.Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
C. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan.
D. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA
Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain:
1. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran
2. Masalah Kurikulum
3. Masalah Peranan Guru
4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual tersebut, diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegaitan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan
diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program
studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)
1.Bagaimana semua warganegara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2.Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja untuk dapat
terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
JENIS PERMASALAH POKOK PENDIDIKAN
Masalah pokok pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya ada empat macam yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, maslah relevansi pendidikan.
A. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapt menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh pendidikan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnya pembangunan gedung sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung dan Sekolah Terbuka.
B. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen pendidikan.
C. Masalah Efisiensi Pendidikan
Beberapa masalah dalam kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain:
1. Bagaimana memfungsikan tenaga pendidikan.
2. Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan digunakan
3. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
4. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga Pengajar
D. Masalah Relevansi Pendidikan
Sebenarnya kriteria relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambatan tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut.
1. Status lembaga pendidikan yang bermacam-macam
2. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran yang siap pakai. Yang ada ialah siap
kembang.
3. Tidak tersedianya pete kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang digunakan sebagai
pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya
SALING KETERKAITAN ANTARA MASALAH-MASALAH PENDIDIKAN
Ada dua. faktor penghambat perbaikan mutu pendidikan. Yaitu: gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengarahan dana dan daya. Faktor kedua, kondisi satuan-satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, tenaga pendidik kurang kompeten, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA MASALAH PENDIDIKAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan antara lain: perkembangan iptek dan seni, laju pertumbuhan penduduk, aspirasi masyarakat dan keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
A. Perkembangan IPTEK dan Seni
Sejalan dengan berkembangnya arus globalisasi di negara kita, terutama dengan pesatnya peningkatan teknologi komunikasi, membuat segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Implikasinya di dalm masyarakat sangat tersa. Oleh karena itu pendidikan harsu senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Seni merupakan kebutuhan hidup manusia. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan tersendiri disamping program-program lain dalam sistem pendidikan.
B.Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan pendidikan bersumber pada 2 hal yaitu:pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk.
C. Aspirasi Masyarakat
Belakangan ini aspirasi masyarakat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ‘reformasi’. Aspirasi tersebut menyangkut kesempatan pendidikan, kelayakan pendidikan dan jaminan terhadap taraf hidup setelah mereka menjalani proses pendidikan.
D. Keterbelakangn Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disebabkan beberapa hal misalnya letak geografis yang terpencil dan sulit dijangkau, penolakan masyarakat terhadap unsur budaya baru karena dikhawatirkan akan mengikis kebudayaan lama, dan ketidakmampuan ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
PERMASALAHAN AKTUAL PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA
Permasalahan aktual pendidikan di Indonesia sangat kompleks dan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan kemapanan sumber daya manusia. Masalah masalah tersebut antara lain:
1. Masalah Keutuhan Pencapaian sasaran
2. Masalah Kurikulum
3. Masalah Peranan Guru
4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun
Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah aktual tersebut, diantaranya:
1. Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.
2. Pelaksanaan kegaitan kurikuler dan ekstrakurikuler dilakukan dengan penuh kesungguhan dan
diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir ataupun kelulusan
3. Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis program
studi.
4. Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)
Selasa, 27 September 2011
Landasan Teknologi dalam pendidikan
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan. Norma dasarnya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus mengandung ciri-ciri keilmuan yang hakiki antara lain (1) Ontologis, yakni adanya objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diamati dan diuji. (2) Epistomologis, yakni adanya cara untuk menelaah objek tersebut dengan metode ilmiah, dan (3) Aksiologis, yakni adanya nilai batin kegunaan bagi kepentingan dan kesejahteraan lahir.
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah dan implementasinya.
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan keidupanmanusi. Pengembangan dn pemanfaata yamg pada umunya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis –politis-religius. Langkah terakhir itu di perlukan untuk menentukan pakah hasil iptek itu dapat diterima oleh masyarakat dan apakah dampaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari masyarakat.
Lembaga pendidikan utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajaran seyogyanya hasil perkembangan iptek mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Relevnsi itu merupakan satu tuntutan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Dengan demikian , baik kemampuan baik sikap ilmiah sedini mungkin dikembangkan dalam diri peserta didik. Seperti di ketahui, beberapa tahun terakhir di sekolah telah digalakkan pelaksanaan cara belajar siswa aktif dengan pendekatan keterampilan proses. Beberapa keterampilan dibentuk sedini mungkin mulai dari sekolah dasar (SD), seperti observasi, perhitungan, pengukuran, klasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu, pembuatan hipotesis, perencanaan penelitian (utamanya eksperimen), pengendalian variable, interpretasi data, kesimpulan sementara (inferensi), peramalan, penerapan dan komunikasi. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar iptek dan calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan. Norma dasarnya yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus mengandung ciri-ciri keilmuan yang hakiki antara lain (1) Ontologis, yakni adanya objek penalaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diamati dan diuji. (2) Epistomologis, yakni adanya cara untuk menelaah objek tersebut dengan metode ilmiah, dan (3) Aksiologis, yakni adanya nilai batin kegunaan bagi kepentingan dan kesejahteraan lahir.
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah dan implementasinya.
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan keidupanmanusi. Pengembangan dn pemanfaata yamg pada umunya ditempuh rangkaian kegiatan: penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis –politis-religius. Langkah terakhir itu di perlukan untuk menentukan pakah hasil iptek itu dapat diterima oleh masyarakat dan apakah dampaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari masyarakat.
Lembaga pendidikan utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajaran seyogyanya hasil perkembangan iptek mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Relevnsi itu merupakan satu tuntutan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Dengan demikian , baik kemampuan baik sikap ilmiah sedini mungkin dikembangkan dalam diri peserta didik. Seperti di ketahui, beberapa tahun terakhir di sekolah telah digalakkan pelaksanaan cara belajar siswa aktif dengan pendekatan keterampilan proses. Beberapa keterampilan dibentuk sedini mungkin mulai dari sekolah dasar (SD), seperti observasi, perhitungan, pengukuran, klasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu, pembuatan hipotesis, perencanaan penelitian (utamanya eksperimen), pengendalian variable, interpretasi data, kesimpulan sementara (inferensi), peramalan, penerapan dan komunikasi. Pembentukan keterampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar iptek dan calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
Landasan Sosiologis dalam Pendidikan
1. Pengertian Landasan Sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan
keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. Pross sosialisasi akan dimulai dari keluarga. Perlu ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga social yang pertama dikenal oleh anak.dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak didala keluarga. Komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas social keluarga diperkirakan tetap berpengaruhterhadap perkembangan anak (Mutyahardjo, dalam Tirtahardja,2005:96).
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis Sistem pendidikan Nasional (Sikdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal diwilayah tertentu, adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dpat merupakan satu kesatuan hidup dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa maupun kesatuan kelompok keakraban disuatu desa, dalam satu marga. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebig abstrak apabila di bandingkan dengna masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri-ciri utama antara lain:
a. Ada interaksi antar warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya diatuf oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan
yang khas
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya
c. Implementasi Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non penaratan dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang okoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik. Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan
keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. Pross sosialisasi akan dimulai dari keluarga. Perlu ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga social yang pertama dikenal oleh anak.dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak didala keluarga. Komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas social keluarga diperkirakan tetap berpengaruhterhadap perkembangan anak (Mutyahardjo, dalam Tirtahardja,2005:96).
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis Sistem pendidikan Nasional (Sikdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal diwilayah tertentu, adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dpat merupakan satu kesatuan hidup dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa maupun kesatuan kelompok keakraban disuatu desa, dalam satu marga. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebig abstrak apabila di bandingkan dengna masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri-ciri utama antara lain:
a. Ada interaksi antar warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya diatuf oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan
yang khas
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya
c. Implementasi Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non penaratan dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang okoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.
Senin, 26 September 2011
Kamis, 22 September 2011
2 Cara sederhana menjadi penulis berkualitas
MENJADI blogger dan penulis itu mudah. Hanya dengan membuat sebuah blog atau akun di platform tertentu Anda sudah bisa menyebut diri sebagai blogger. Hanya dengan membuat minimal 1 tulisan Anda sudah bisa disebut penulis. Namun menjadi blogger dan penulis saja tidak cukup. Di era penuh persaingan saat ini Anda harus mengupayakan diri menjadi blogger atau penulis berkualitas, atau penulis profesional, supaya apa yang ditulis bisa memberi dampak dan menghadirkan nilai tambah untuk pembaca. Bagaimana caranya menjadi blogger dan atau penulis profesional? Ada dua cara sederhana yang bisa dilakukan. Yakni banyak membaca dan banyak menulis.
Hanya segitu? Ya. Hanya segitu. Sesederhana itu? Ya
Pertama >>
Kita mulai dengan membaca.
Apa saja yang perlu dibaca? Untuk menjadi penulis berkualitas dan profesional, Anda harus membaca tulisan yang bagus dan juga yang jelek. umumnya, sebuah tulisan disebut bagus jika memenuhi beberapa aspek teknis seperti tata bahasa, kosa kata, cara bertutur, gaya bahasa, dan sebagainya. Sedangkan kriteria tulisan yang jelek juga relatif. Namun umumnya tulisan disebut jelek jika tata bahasanya buruk, miskin kosa kata, gaya bahasa berbelit, tidak fokus dan sebagainya. Ciri yang mudah dikenal adalah tulisan itu menjadi tidak menarik.
Kedua >>
Menulis dan terus menulis
Setelah banyak membaca, Anda tentu saja harus banyak menulis. Banyak membaca saja tidak akan membuat Anda menjadi penulis. Apa yang harus ditulis? Ya apa saja. Yang disarankan adalah tuliskan topik atau tema yang Anda sukai, atau bidang yang dikuasai. Atau bagikan pengalaman Jadi, teruslah menulis dan menulis. Semakin sering menulis Anda akan menemukan irama dan gaya. Ibarat lagu, lama-kelamaan Anda akan menemukan nada yang tepat. Anda akan lebih fasih berolah kata dan bisa menemukan teknik yang tepat bagaimana merealisasikan gagasan dalam bentuk kata-kata. Jika terus menulis, sambil terus belajar dan mengamati tulisan orang lain, lambat laun kualitas tulisan Anda akan meningkat.
Selasa, 20 September 2011
Jalur Biru Monorel Dibatalkan
JAKARTA, RABU - Proyek kereta ringan (monorel) Jakarta kian merana saja. Setelah mangkrak lebih dari dua tahun, dan belum ada kejelasan kapan dilanjutkan, salah satu jalur proyek itu tampaknya hampir pasti dibatalkan. Sekretaris Daerah DKI Muhayat mengatakan, jalur monorel yang mungkin dilanjutkan pembangunannya hanya satu, yaitu jalur lingkar green line dalam kota dari Senayan-Pejompongan-Kuningan-Polda Metro Jaya. "Adapun jalur lurus blue line tidak diteruskan. Rutenya akan ditembus dengan MRT jalur barat-timur," ujar Muhayat, di Balai Kota DKI, Selasa (21 /10). Pihhan membatalkan pembangunan blue linemonorel itu menurut Muhayat merupakan salah satu altematif yang ditempuh jika Pemprov DKI jadi mengambil alih proyek tersebut. Saat ini, kajian ulang mengenai kelayakan proyek itu masih berlangsung. "Kami perlu konsultasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk Proses pengambilalihan proyek dari operator swasta PT Jakarta Monorel, kata Muhayat, juga perlu dipertimbangkan matang. Terutama terkait nilai investasi yang sudah dikeluarkan PT Jakarta Monorel dalam proyek itu. Menurut Muhayat, pengkajian uang atas proyek-proyek infiastnxktur di DKI yang dilaksanakan pada masa Gubernur Sutiyoso amat penting. Hal itu merupakan bagian dari upaya perbaikan manajemen pemerintahan yang dicanangkan pada periode Gubemur Fauzi Bowo saat ini. "Yang sudah baik kami lanjutkan, misalnya MRT. Proyek yang kurang kurang diperbaiki, misalnya busway. Sedangkan yang nggak realistis kami hentikan, misalnya angkutan sungai, dan jalur biru monorel itu," ujar Muhayat. Direktur PT Jakarta Monorel, Sukmawati Syukur, mengatakan, pihaknya sampai saat ini belum mendapat pemberitahuan resmi dari Pemprov DKI terkait kelanjutan proyek monorel tersebut. Pada prinsipnya, dia menyerahkan sepenuhnya keputusan atas proyek itu kepada Pemprov DKI. "Kami masih menunggu resminya saja bagaimana. Karena kami toh tidak mungkin jalan sendiri tanpa DKI," ujar Sukmawati, kemarin. PT Jakarta Monorel tidak mempermasalahkan jika pemprov memutuskan hanya akan melanjutkan green line, dan membatalkan blue line. Menunit Sukmawati, langkah itu sepenuhnya diserahkan pada Pemprov sepanjang proyek itu secara resmi diambil alih pemerintah. PT JM berharap, kepastian mengenai pengambilalihan proyek itul sudah dapat diketahui sebelum akhir tahun ini. "Silakan saja kalau hanya ingin green line. Walaupun kalau menurut hitungan kami, justru blue line yang memillki potensi paling besar. Tapi kalau gubernur punya hitungan lain, terserah saja. Tentu itu bisa dilakukan setelah ada pengambilalihan," ujar Sukmawati. Proyek kereta ringan monorel atau light rail transfer (LRT) merupakan bagian dari Pola Transportasi Makro (PTM) Jakarta yang disiapkan Pemprov DKI. LRT memiliki dua jalur, yaitu green line dan blue line. (Warta Kota/dra)
Jumat, 16 September 2011
Kue Srikaya Khas Palembang
Bahan:
10 butir telur
500 gr gula pasir
4 gelas santan kental
1 sdt vanili
3 sdm tepung terigu
1 gelas air suji atau pandan
pelengkap:
ketan putih
cara membuat:
1. kocok telur, gula pasir dan vanili dikocok hanya sampai gula pasirnya larut
2. camput santan dan air suji atau pandan hingga rata
3. masukkan campuran santan kedalam kocokan telur, aduk hingga rata kemudian masukkan tepung terigu hingga rata.
4. cetak adonan tadi kedalam cetakan dan kukus hingga matang
5. siap di hidangkan, pelengkapnya pakai ketan
10 butir telur
500 gr gula pasir
4 gelas santan kental
1 sdt vanili
3 sdm tepung terigu
1 gelas air suji atau pandan
pelengkap:
ketan putih
cara membuat:
1. kocok telur, gula pasir dan vanili dikocok hanya sampai gula pasirnya larut
2. camput santan dan air suji atau pandan hingga rata
3. masukkan campuran santan kedalam kocokan telur, aduk hingga rata kemudian masukkan tepung terigu hingga rata.
4. cetak adonan tadi kedalam cetakan dan kukus hingga matang
5. siap di hidangkan, pelengkapnya pakai ketan
Kamis, 15 September 2011
Persiapan SEA Games XXVI Bikin Miris
SEA Games XXVI yang bertempat di Jakarta dan Palembang berlangsung tinggal dua bulan lagi. Tapi berbagai sarana strategis untuk mendukung jalannya perhelatan olahraga antara bangsa-bangsa Asia Tenggara ini belum juga rampung untuk dipakai — dan uji coba.
Apakah pelaksanaan SEA Games akan ditunda? Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengatakan tidak.
"Insya Allah, kita doakan SEA Games berjalan lancar dan bisa dilaksanakan tepat waktu. Kalau ada persoalan-persoalan itu harus kita hadapi untuk kita cari solusinya sesuai dengan jalur hukum," ujar Andi saat ditemui di restoran Oyster, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (14/9).
Salah satu faktor lambatnya pengerjaan berbagai sarana fisik pendukung ialah masih kurangnya dana yang dikucurkan pemerintah. Kabarnya dana sekitar Rp 1 triliun yang dibutuhkan belum juga cair.
Andi Mallarangeng mengatakan, pihaknya masih terus berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait, seperti Kementerian Keuangan, BPKP serta tentunya DPR supaya dana cepat cair. Tak hanya itu Kemenpora juga dibantu oleh konsultan hukum mengenai landasan hukum yang ada agar tidak ada sepeser pun uang negara yang dikorupsi.
"Sampai saat ini kami terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi-solusi yang tepat dan kreatif," imbuhnya.
Sayangnya, banyak pihak yang energinya dihabiskan untuk berkutat di hal-hal yang bersifat birokratis tetapi lupa mengenai persiapan para atlet lewat program PRIMA.
Kita semua juga lupa bahwa jika sarana fisik belum tuntas, maka para atlet akan kesulitan menyesuaikan diri dengan kondisi arena bertanding. Padahal selain serius dan fokus berlatih, atlet juga butuh penyesuaian di arena pertandingan yang baru sebelum menghadapi laga sesungguhnya.
Kita semua juga lupa bagaimana pemenuhan gizi dan uang saku para atlet, pelatih dan staf pendukung selama di pelatihan nasional?
Apakah sudah dipenuhi, apakah jumlahnya cukup atau malah belum terpenuhi?
Lalu bagaimana dengan semangat dan kondisi psikologis atlet dan pelatih? Apakah pola pelatihan sudah sesuai dengan perkembangan olahraga modern? Apakah para para atlet dan pelatih mendapat perlengkapan yang baik selama pelatihan?
Kemenpora, KONI/KOI dan INASOC (Indonesia SEA Games Organizing Comitee) harus serius, cekatan dan profesional mempersiapkan semua kebutuhan menjelang bergulirnya SEA Games XXVI pada 11 November 2011 nanti.
Terutama kebutuhan mendasar bagi para atlet dan pelatih tim Indonesia. Sebab merekalah yang akan mati-matian membela nama bangsa ini di ajang SEA Games.
Apakah pelaksanaan SEA Games akan ditunda? Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengatakan tidak.
"Insya Allah, kita doakan SEA Games berjalan lancar dan bisa dilaksanakan tepat waktu. Kalau ada persoalan-persoalan itu harus kita hadapi untuk kita cari solusinya sesuai dengan jalur hukum," ujar Andi saat ditemui di restoran Oyster, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (14/9).
Salah satu faktor lambatnya pengerjaan berbagai sarana fisik pendukung ialah masih kurangnya dana yang dikucurkan pemerintah. Kabarnya dana sekitar Rp 1 triliun yang dibutuhkan belum juga cair.
Andi Mallarangeng mengatakan, pihaknya masih terus berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait, seperti Kementerian Keuangan, BPKP serta tentunya DPR supaya dana cepat cair. Tak hanya itu Kemenpora juga dibantu oleh konsultan hukum mengenai landasan hukum yang ada agar tidak ada sepeser pun uang negara yang dikorupsi.
"Sampai saat ini kami terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi-solusi yang tepat dan kreatif," imbuhnya.
Sayangnya, banyak pihak yang energinya dihabiskan untuk berkutat di hal-hal yang bersifat birokratis tetapi lupa mengenai persiapan para atlet lewat program PRIMA.
Kita semua juga lupa bahwa jika sarana fisik belum tuntas, maka para atlet akan kesulitan menyesuaikan diri dengan kondisi arena bertanding. Padahal selain serius dan fokus berlatih, atlet juga butuh penyesuaian di arena pertandingan yang baru sebelum menghadapi laga sesungguhnya.
Kita semua juga lupa bagaimana pemenuhan gizi dan uang saku para atlet, pelatih dan staf pendukung selama di pelatihan nasional?
Apakah sudah dipenuhi, apakah jumlahnya cukup atau malah belum terpenuhi?
Lalu bagaimana dengan semangat dan kondisi psikologis atlet dan pelatih? Apakah pola pelatihan sudah sesuai dengan perkembangan olahraga modern? Apakah para para atlet dan pelatih mendapat perlengkapan yang baik selama pelatihan?
Kemenpora, KONI/KOI dan INASOC (Indonesia SEA Games Organizing Comitee) harus serius, cekatan dan profesional mempersiapkan semua kebutuhan menjelang bergulirnya SEA Games XXVI pada 11 November 2011 nanti.
Terutama kebutuhan mendasar bagi para atlet dan pelatih tim Indonesia. Sebab merekalah yang akan mati-matian membela nama bangsa ini di ajang SEA Games.
Langganan:
Postingan (Atom)